Friday, April 25 2025

In

20.03.14

Hujan. Nampaknya ia enggan untuk segera melesat turun ke bumi, namun harus. Setitik demi setitik ia jatuh, lalu deras tak tertahan. Kemudian mengukir jeda, entah untuk apa. Sebentar ia riuh seperti rindu. Menghentak-hentak seperti degup jantung yang timbul kala mencinta. Sebentar kemudian ia diam. Seperti patah tak terperi ketika ditinggal pergi.
Aku lelah berbicara tentang mimpi, apalagi yang ditulis bersama orang lain. Terakhir aku coba percaya, aku malah diminta berhenti. Bahkan apa salahku pun aku tidak paham. Yang aku tahu, mimpiku sudah terlanjur tinggi untuk kemudian dibiarkan hangus begitu saja. Mencoba merangkak kembali untuk menggapai, aku malah dipukul jauh ke belakang. Sebenarnya, apa memang pernah ada mimpi yang ingin kau wujudkan atau aku hanya satu diantara persinggahan-persinggahan yang pernah kau diami?
Aku lelah berbicara tentang pilu, apalagi yang berhubungan denganmu. Terakhir aku bicara, kamu seolah mengerti, tapi malah mengulangi. Mungkin bagimu jika bukan kau yang mengalami, maka tidak perlu kau pelajari dan pahami. Sementara aku berulang kali retak untuk hal yang sama. Semestinya ketika ku bilang aku baru sembuh, kau catat baik-baik dengan tinta merah.
Aku lelah berbicara. Sebanyak aku bicara, sebanyak itu pula hatiku remuk. Sebanyak aku percaya, sebanyak itu pula aku disudahi. Terlalu sakit bagiku untuk melihatmu bergerak maju, namun aku terdewakan oleh sebuah perasaan yang lebih senang mengalah katanya.
Janjiku untuk membuatmu bahagia, dengan atau tanpaku. Janjiku untuk melihatmu tersenyum, karena atau bukan karenaku. Janjiku untuk tidak menyakitimu, sekarang ataupun nanti, sama saja.

Yogyakarta, 20 Maret 2014
I miss you.

Related Articles

0 komentar:

Post a Comment