Friday, April 11 2025

In poetical post random ramble

Mencintaimu ibarat waktu. Berputar tanpa tahu kapan harus berhenti. Tidak pernah terlambat, tidak pernah terlalu cepat. Kesalahan hanya datang jika energi sudah habis. Itu pun hanya sementara. Secepat mungkin ia akan kembali bergerak. Mengejar apa ia pun tidak tahu. Menuju kemana, ia tidak pernah tahu. Yang ia tahu, ia harus tetap hidup. Jika ia mati, dunia akan berhenti berputar.

Mencintaimu ibarat candu. Membawaku hilang dari dunia menuju ketidakwarasan. Sebentar tertawa, sebentar menangis. Sebentar tersenyum, sebentar merajuk. Tidak ada tempat untuk memikirkan hal lain, selain engkau dan perasaanku. Sibuk meracau dalam ketidakjelasan. Sekembalinya ke dunia, tubuh pun tidak sanggup melawan keinginan untuk kembali. Menjadi gila, menjadi hilang. Hanya dengan angan tentang kamu. Berdua.

Mencintaimu ibarat lara. Tidak direncanakan. Tidak diharapkan. Menetap dan sulit diusir. Rasanya menjalar melalui seluruh pembuluh darah. Mampir ke ubun-ubun dan merusak konsentrasi. Mengambil alih setiap kekuatan dan berbalik menyerang. Tidak akan reda sebelum penawarnya datang. Kadang menimbulkan bekas yang tak akan pernah hilang.

Mencintaimu ibarat hidup. Atas, bawah. Maju, mundur. Kuat, lemah. Silih berganti. Tidak pernah tahu kapan berakhir. Tidak pernah tahu siapa yang mengakhiri. Tidak pernah tahu bagaimana akhirnya. Terus berjalan untuk masa depan yang kabur. Terus berjuang untuk bertahan tanpa tahu apakah bertahan adalah keputusan yang benar. Terus mendaki tanpa tahu apakah di puncak akan kutemui engkau.

Mencintaimu adalah mati. Sakit. Sepi. Sendiri. Diam. Dan menyerah.

Related Articles

0 komentar:

Post a Comment