In

Imaji

Selamat malam Tuan,
izinkan sedikit imajinasiku mengisi malammu
tak perlu takut akan dingin
sebab jika kau temukan makna di balik senyumku, 
hangat kan kau rengkuh.

Ini tulisan biasa, Tuan
tapi asaku turut mengisi diksinya
agar yang menjerit di dalam dada bisa keluar.

Tak perlu kau cermati, Tuan
sengaja kubuat sederhana biar meresap pada kalbumu yang paling rapuh.

Aku mungkin kurang ajar, Tuan
tapi bagiku simpul kecil di ujung bibirmu adalah anak panah
matanya melesat jauh ke dalam hatiku
dan mengukir tulisan tentang harapan yang kau titipkan padaku.

Jogja, 24.02.14

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In

the line between us

Hari Pertama
Apa sih gunanya hari ini dan beberapa hari yang akan datang? Berkali-kali aku menghadiri acara wajib seperti ini, aku tidak pernah bisa menarik kesimpulan apa gunanya membuang-buang waktu untuk hal-hal seperti ini. Selalu ada ketidakseimbangan kekuatan dalam hari-hari seperti ini. Satu pihak dengan arogansi yang dibuat-buat, mencoba menguatkan kesan tegas dan keras. Sementara satu pihak diposisikan sebagai "penerima" sikap arogan yang disengaja itu. Ah, aku muak dengan konsep-konsep seperti ini.
Tapi, itu siapa?

Sekian Hari Selanjutnya
Oh, dia. Memangnya apa hebatnya dia? Aku tidak kenal dia.

Berselang Beberapa Bulan
Iya, aku tahu dia. Dia sering muncul dalam hidupku, tapi dia tidak punya hubungan langsung dengan hidupku. Tapi aku akui, menarik melihatnya "hidup". Tapi tidak ah, dia terlalu jauh untuk bisa digapai. Dunia kami sangat berbeda.

Sekitar Setahun Setelahnya
Dia kah? Wah, menarik sekali. Apa kubilang. Dunia kami berseberangan, dia sangat hebat.

Kurang Lebih Setahun Setengah
Ada dia. Mungkin ini jalannya agar aku bisa mengenalnya.

Setahun Setengah Lebih Beberapa Waktu
Dia masih terlalu jauh. Aku tidak yakin dia pernah ingat bahwa ada aku dalam hidupnya. Apa dia pernah ingat namaku? Aku rasa tidak. Dia orang hebat, aku biasa-biasa saja. Dan lagi, dia punya orang.

Lewat Sedikit Dari Dua Tahun
Hah, dia sendiri? Bukankah sebelumnya kudengar mereka sangat membuat orang bangga dan senang? Ya sudahlah. Toh, dia tidak akan melihat padaku. Aku ini siapa. Aku punya nyali sebesar apa untuk mengharapkan orang se-"besar" dia.

Dua Tahun Lebih Beberapa Bulan
Beberapa kali dia masuk dalam topik pembicaraanku dan teman baikku. Aku tetap tidak yakin dia pernah menyadari keberadaanku dalam hidupnya. Dan lagi sepertinya, aku bukan tipe orang yang dia cari, dan dia bukan tipe orang yang aku cari. Tidak ah. Kami tidak akan cocok. Aku pasti kalah dengannya.

Dua Tahun Lebih Beberapa Bulan Lebih Banyak
Sahabatku: "Hai, ada yang mau kenalan."
Aku: "Siapa?"
Sahabatku: "Dia."
Apa? Aku mimpi? Dia?

Hampir Dua Tahun Setengah
"Aku sudah mencari beberapa waktu, dan aku menemukan kamu. Mau kah?"
Ya, dia, padaku. :)
Doaku terjawab. Ternyata aku salah. Dia yang terbaik. Dia yang memenuhi semua yang aku minta pada Tuhan. Dia, pasti dia.
"Ya." kataku mantap.

Hampir Dua Tahun Setengah Lewat Beberapa Hari
Ada apa ini? Benarkah kata orang bahwa fase ini tidak seindah fase sebelumnya? Ah tidak, mungkin dia terlalu sibuk. Aku harus bisa paham. Bukankah untuk itu dia memintaku?

Hampir Dua Tahun Setengah Lewat Beberapa Hari Lebih Banyak
Sebenarnya sebesar apa masalahnya aku tidak pernah tahu. Serumit apa keputusan yang harus dia ambil, aku tidak pernah tahu. Yang aku tahu, aku benar-benar kalah. Dia pergi.

Dua Tahun Setengah
Bohong jika aku bilang tidak peduli. Aku selalu berdoa bisa melihat senyumnya suatu hari nanti, dan tetap aku yang jadi alasannya tersenyum. Aku selalu berdoa semoga aku bisa kembali beradu mata dengan sepasang mata tajam miliknya. Seperti yang kami lakukan pada pertemuan pertama dan terakhir kami, masing-masing menyelami dan berusaha mencerna apa yang ada dalam benak ketika dua pasang mata itu bertemu. Aku tidak pernah tahu maknanya, sampai sekarang.

Hari Ini
Aku menyadari keberadaanmu sejak pertama kali kita dipertemukan. Aku di antara banyak pihak yang sengaja diposisikan kalah, dan kau sebagai pihak yang sengaja dibuat arogan. Apa yang pernah terjadi di antara kita, sampai sekarang masih seperti mimpi. Aku masih tidak tahu apa yang membuatmu sudi untuk mampir, dan apa yang mendorongmu kembali melanjutkan perjalanan. Yang aku tahu, hatiku merah sejak kutemukan namamu ada di dalamnya.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments