Kepada engkau, yang tak sengaja melabuhkan
cintanya pada orang yang tidak tepat. Atau kepada engkau, yang tak sengaja
menjatuhkan hatinya dengan orang yang tepat, hanya saja waktunya tidak
tepat. Salahkah kita?
Kita tidak pernah bisa memilih pada siapa
hati kita merasa nyaman. Pun tidak pernah bisa memilih kapan kita akan bertemu
dengannya. Semua terjadi begitu saja. Tiba-tiba kita jatuh cinta. Tiba-tiba
dunia semuanya tentang dia. Salahkah rasa yang memilih untuk berpihak pada
orang dan waktu yang tidak tepat ini?
Mungkin akan lebih mudah jika kita tidak
pernah bertemu dengannya. Tapi semuanya akan lebih sulit jika ternyata dia
teman kita. Teman sekolah, teman kuliah, atau teman kantor. Kita secara rutin
bertemu dengannya dan tidak bisa menghindari fakta bahwa kita senang bertemu
dengannya. Kita senang melihat matanya, melihat senyumnya, melihat ia tertawa.
Rasanya dunia terasa dua kali lebih indah.
Namun di saat bersamaan kita benci berada
di dekatnya. Kita selalu ingat bahwa dia bukan milik kita. Ingin mendekati
namun tidak bisa. Entah karena sebenarnya kita sadar dia tidak tepat untuk
kita. Atau karena dia terlihat sangat tepat untuk kita, hanya saja kita
terlambat datang dan dia sudah ada yang memiliki. Rasanya ingin menghilang dan
menarik diri saja. Pura-pura tidak pernah mengenalnya. Tapi lagi-lagi, kita
harus memaksa diri berhadapan dengannya, bahkan mungkin setiap hari.
Apa yang salah? Hati kita dalam memilih
tempat kah?
Hati kita tidak pernah salah tempat. Atau
salah waktu. Hati kita hanya melakukan sesuatu yang ia paling ahli. Jatuh cinta
tentu ada prosesnya, meski mungkin kita tidak menyadarinya. Logika kita bilang
dia bukan orang tepat, tapi hati kita selalu jujur dan berkata dia membuat kita
nyaman dan wajar kita jatuh cinta. Logika kita bilang kita bertemu di waktu yang salah, tapi hati kita jujur
bilang waktunya memang salah tapi dia orang yang tepat dan kita menginginkannya. Hati selalu jujur.
Lalu, haruskah kita berhenti mencintai?
Saat ini mungkin yang terlihat adalah cinta
selalu menyakiti kita. Tapi, ingatkah kamu bahwa cinta tidak harus berbalas?
Coba belajar mencintai mereka yang tidak terlihat balasannya, atau bahkan tidak mampu membalas. Mencintai benda mati,
mencintai alam, mencintai hewan. Balasannya abstrak dan mungkin tidak bisa kita
lihat langsung. Tapi coba rasakan kehadiran mereka di dekat kita. Benda mati yang memberi kita manfaat untuk kita gunakan setiap hari. Alam memberi kita udara
untuk kita hirup. Hewan memberi kita pertemanan sehingga kita punya makna
untuk kembali bangun esok hari.
Belajar untuk mencintainya tanpa mengharap
balasan nyata.
Sekarang mungkin kita tidak melihat diri
kita ada di jalan yang tepat. Tapi kita pasti bisa melewati kesulitan ini meski
berat. Bersyukurlah bahwa kita masih punya hati yang jujur menerima segala
keadaan orang lain. Bersyukurlah kita masih punya hati yang luas mencintai
orang yang tidak tersedia untuk dicintai. Bersyukurlah kita masih punya hati
untuk mencinta. Sebab hati adalah rumah bagi perasaan-perasaan yang menjadikan
kita manusia.
Cintamu tidak salah. Hatimu tidak salah. Kita
hanya ditempatkan pada situasi tidak tepat yang menjadikan kita terlihat salah.
XOXO, Ayu.
Read More