In

Kamu tahu rasanya, tapi tidak tahu? Tanya aku.

Kamu tahu rasanya merindu tapi tidak tahu harus bertemu siapa? Tanya aku.
Kamu tahu rasanya mencinta tapi tidak tahu harus bilang pada siapa? Tanya aku.
Kamu tahu rasanya menunggu tapi tidak tahu harus sampai kapan menunggu? Tanya aku.
Kamu tahu rasanya mencari tapi tidak tahu harus kemana mencari? Tanya aku.
Kamu tahu rasanya berdiam tapi tidak tahu untuk apa kau diam? Tanya aku.
Kamu tahu rasanya mencintaimu?
Tanya aku.

Yogyakarta, 25 Maret 2014
3 weeks after I saw you around.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In

20.03.14

Hujan. Nampaknya ia enggan untuk segera melesat turun ke bumi, namun harus. Setitik demi setitik ia jatuh, lalu deras tak tertahan. Kemudian mengukir jeda, entah untuk apa. Sebentar ia riuh seperti rindu. Menghentak-hentak seperti degup jantung yang timbul kala mencinta. Sebentar kemudian ia diam. Seperti patah tak terperi ketika ditinggal pergi.
Aku lelah berbicara tentang mimpi, apalagi yang ditulis bersama orang lain. Terakhir aku coba percaya, aku malah diminta berhenti. Bahkan apa salahku pun aku tidak paham. Yang aku tahu, mimpiku sudah terlanjur tinggi untuk kemudian dibiarkan hangus begitu saja. Mencoba merangkak kembali untuk menggapai, aku malah dipukul jauh ke belakang. Sebenarnya, apa memang pernah ada mimpi yang ingin kau wujudkan atau aku hanya satu diantara persinggahan-persinggahan yang pernah kau diami?
Aku lelah berbicara tentang pilu, apalagi yang berhubungan denganmu. Terakhir aku bicara, kamu seolah mengerti, tapi malah mengulangi. Mungkin bagimu jika bukan kau yang mengalami, maka tidak perlu kau pelajari dan pahami. Sementara aku berulang kali retak untuk hal yang sama. Semestinya ketika ku bilang aku baru sembuh, kau catat baik-baik dengan tinta merah.
Aku lelah berbicara. Sebanyak aku bicara, sebanyak itu pula hatiku remuk. Sebanyak aku percaya, sebanyak itu pula aku disudahi. Terlalu sakit bagiku untuk melihatmu bergerak maju, namun aku terdewakan oleh sebuah perasaan yang lebih senang mengalah katanya.
Janjiku untuk membuatmu bahagia, dengan atau tanpaku. Janjiku untuk melihatmu tersenyum, karena atau bukan karenaku. Janjiku untuk tidak menyakitimu, sekarang ataupun nanti, sama saja.

Yogyakarta, 20 Maret 2014
I miss you.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In

Ada di Langit by Kurniawan Gunadi


Aku tinggal dibumi. Tapi, carilah aku di langit. Sebab aku tertahan diantara bintang-bintang. Kau jemput aku dengan doa-doa setelah shalatmu. Kau tengadahkan tanganmu atau bersujud, berdoalah untuk memintaku. Aku tertahan dan garis batas yang membentang diantara kita selebar langit dan bumi. 


Aku tinggal di bumi, tapi carilah aku dilangit. Di sepertiga malammu saat Tuhan turun ke langit bumi. Mintalah aku yang berada di genggaman tangan-Nya. Percuma mencariku di bumi, sebab kunci itu ada d langit. Kunci yang akan menghapus garis batas diantara kita. Mengubah garis yang tadinya neraka, menjadi surga.

 
Aku berada di tempat yang tidak bisa kau temui di bumi. Tapi kau bisa menemuiku di langit, meski bukan wujud kita yang bertemu. Melainkan doa-doa kita yang menggetarkan singgasana-Nya. Temukan aku di langit, didalam doa-doa panjangmu. Didalam harapanmu.


Meski kita tidak saling tahu nama, tidak saling tahu rupa. Jemputlah aku dilangit. Sebab aku tahu, kau mengenalku bukan karena nama dan rupa. Doa kita telah bertemu sebelum fisik kita. 


Mudah bagi-Nya membuat kita kemudian bertemu. Tidak hanya bertemu namun juga disatukan. Sebagaimana doa-doa yang sebelumnya telah kita panjatkan.
Pertemuan kita yang pertama berada di langit, kan? Sekarang kau tahu, mengapa aku memintamu mencariku di langit? 
Bandung, 11 Februari 2014 | (c)kurniawangunadi

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments